
Malam tadi ada ‘perbincangan’ (sms tepatnya) yang cukup menarik…walaupun sebenarnya saya merasa kurang cukup capable untuk hadle topic dialog ini..
Apa yang tesampaikan mungkin tak ada yang baru, tapi proses dialogis itu sendiri yang menarik buat saya untuk kemudian di publish di blog tercinta ini
Diawali dengan seorang teman yang bercerita tentang anak kecil yang kebingungan mendefinisikan isi langit. Anak ini bingung karena menurut ibunya di sanalah matahari, bulan dan bintang berada, sementara menurut kakeknya Tuhan lah yang berada di langit. Dari cerita pendek ini (dituturkan oleh penulis satu), saya mencoba menambahkan sedikit komentar (selanjutnya saya membahasakan diri saya sebagai penulis dua). Berikut adalah rekaman satu frame dialog semalam …
Penulis Dua:
“Nice one! Tapi itu yang salah Kakeknya…Tuhan kan gak ada di langit, Dia ada di mana-mana..Gak penting ya di bahas..hehehe”
Penulis Satu:
“Aku tak ingin Tuhan ada dimana, karena ketika aku membutuhkan-Nya pasti ia akan lama datangnya, aku ingin ia di sampingku karena ketika aku membutuhkannya ia akan bisa dengan cepat menolongku”
Penulis Dua:
“Mungkin Dia memang sudah di sampingku.Tapi Dia selalu punya rahasia..Sebagaimana Dia ajari aku dengan kepahitan yang kutuai dari karma dan jatah absolute yang mungkin tak bisa di eksplanasikan dalam titik kekinian..”
Penulis Satu:
“Bukankah Ia tahu bahwa aku adalah manusia biasa yang selalu dahaga akan semua jawab dari tanyaku, ataukah ia terlalu egois sehingga harus menyimpan jawab dalam semua rahasia?Sungguh aku hanya ingin jawaban”
Penulis Dua:
“Wah ampun!Nyerah…hahaha tapi jawaban kadang memang datang terlambat..Asalkan tak hilang harapan dan berpaling pada kefanaan..Sepertinya dialog ini pun perpanjangan dari cabang kegelisahan..Tak harus berujung jawaban..Sesuai garis pencarian dan kesadaran…*ngibarin bendera putih-ga brani nerusin*hahaha”
Sepenggal memang…tak selesai ..Tapi selebihnya saya takut sibuk berkata-kata tentang Tuhan, tapi sebenarnya belum mampu menghadirkan Dia dalam kesadaran saya…Bahkan dalam rapal doa saya yang kadang sering kehilangan nyawa…
Menyatu dengan Cinta-Nya pasti mensurgakan jiwa…semoga …..Amin….
Apa yang tesampaikan mungkin tak ada yang baru, tapi proses dialogis itu sendiri yang menarik buat saya untuk kemudian di publish di blog tercinta ini
Diawali dengan seorang teman yang bercerita tentang anak kecil yang kebingungan mendefinisikan isi langit. Anak ini bingung karena menurut ibunya di sanalah matahari, bulan dan bintang berada, sementara menurut kakeknya Tuhan lah yang berada di langit. Dari cerita pendek ini (dituturkan oleh penulis satu), saya mencoba menambahkan sedikit komentar (selanjutnya saya membahasakan diri saya sebagai penulis dua). Berikut adalah rekaman satu frame dialog semalam …
Penulis Dua:
“Nice one! Tapi itu yang salah Kakeknya…Tuhan kan gak ada di langit, Dia ada di mana-mana..Gak penting ya di bahas..hehehe”
Penulis Satu:
“Aku tak ingin Tuhan ada dimana, karena ketika aku membutuhkan-Nya pasti ia akan lama datangnya, aku ingin ia di sampingku karena ketika aku membutuhkannya ia akan bisa dengan cepat menolongku”
Penulis Dua:
“Mungkin Dia memang sudah di sampingku.Tapi Dia selalu punya rahasia..Sebagaimana Dia ajari aku dengan kepahitan yang kutuai dari karma dan jatah absolute yang mungkin tak bisa di eksplanasikan dalam titik kekinian..”
Penulis Satu:
“Bukankah Ia tahu bahwa aku adalah manusia biasa yang selalu dahaga akan semua jawab dari tanyaku, ataukah ia terlalu egois sehingga harus menyimpan jawab dalam semua rahasia?Sungguh aku hanya ingin jawaban”
Penulis Dua:
“Wah ampun!Nyerah…hahaha tapi jawaban kadang memang datang terlambat..Asalkan tak hilang harapan dan berpaling pada kefanaan..Sepertinya dialog ini pun perpanjangan dari cabang kegelisahan..Tak harus berujung jawaban..Sesuai garis pencarian dan kesadaran…*ngibarin bendera putih-ga brani nerusin*hahaha”
Sepenggal memang…tak selesai ..Tapi selebihnya saya takut sibuk berkata-kata tentang Tuhan, tapi sebenarnya belum mampu menghadirkan Dia dalam kesadaran saya…Bahkan dalam rapal doa saya yang kadang sering kehilangan nyawa…
Menyatu dengan Cinta-Nya pasti mensurgakan jiwa…semoga …..Amin….
2 comments:
Hehehe...aku ga tau harus komen apa, but this dialogue was something that I've been longing for, it's been soo long since my best friend Uya who's died 4 years ago (as I told you before).
Sungguh menyenangkan kalau punya seseorang untuk diajak bicara, satu hal yang dulu biasa aku lakukan bersama Almarhumah Uya, mulai dari berkirim Surat Pos sampai saat adanya kemajuan teknologi berkirim surat pos berganti dengan berkirim surat elektronik alias email hingga menggunakan pesan pendek (SMS). Saat itu Uya tinggal di Jerman sejak lulus SMA hingga kuliah S1 dan S2. Hubungan yang sebelumnya terjalin di sekolah kami di Surabaya masih terus berlanjut, kami sama - sama menyukai sastra salah satunya adalah Puisi, so surat atau pesan yang kami kirimkan selalu puitis, saling berbalas puisi atau mungkin terkesan seperti berbalas pantun.
So now I got you here, even masih bisa ketemu langsung karena masih satu kota I really love it, thanks to you my friend.
Don't look for God, semakin dicari, Ia akan semakin jauh.He is everywhere...gak percaya?just look around your own body..is there anything that makes you hesitate the existance of Him???
HAPPY NEW YEAR!!!
Post a Comment