Monday, February 06, 2006

Series of Unfortunate Events

Meratus Baru (kos gue), pagi dalam hujan…(baca:pengen tidur lagi….)

Akhirnya kesampean juga nulis, setelah sebelumnya ide-ide hanya bertahan di seputaran maya. Sangat di sayangkan, hari-hari ini jelek banget efektivitasnya. Dengan seabrek agenda, gue milih untuk tidur cepat semalem. Di awali dengan ketiduran dalam posisi siap-siap mau sit up..hehehe (jadi inget dulu gue ketiduran juga dalam posisi sujud selama satu jam lebih..kebangun karena lutut gue kirim alarm protes kesakitan). Morale of the story: Gue bukan tipe pemilih dalam hal event ketiduran….(apa sih..gak penting deh buat di bahas!)

Beberapa hari ini, update berita dari teman-teman lumayan shocking dan bikin prihatin. Udah berasa kayak baca pos kota aja gitu. Di awali dengan meninggalnya bokap salah satu temen gue, kejadiannya pas beliau lagi nyanyi aja dong…! Gak ada yang sempet nungguin pula pas saat-saat terakhirnya. “Semoga beliau di terima di sisi-Nya, di ampuni segala dosanya, di terima amalnya dan akhir kehidupan yang khusnul khotimah” amen…Hikmah: Kembali ngingetin gue pada kematian atas hari-hari gue yang agak terlalu penuh berorientasi pada kehidupan dan dunia. Dan menyambung kembali silaturahmi dengan temen lama setelah sekian lama hilang

Hari selanjutnya, dengan eskalasi yang lebih dramatis, salah satu orang yang dekat dengan kehidupan gue bilang kalo dia ketipu habis ama saudaranya sendiri. Tepatnya mungkin agak mirip dengan perampokan secara sistematis. ATM dan credit card yang di bobol secara berkala, sampai puncaknya semua cash di hajar habis termasuk biaya persiapan masuk sekolah buat anaknya, budget kontrak rumah, cash buat running usaha dia, basically nothing left! (my dear …I just don’t know why this kind of thing still happening to you…) This is so traumatic, sampai suatu saat anaknya yang sedang tidur tiba-tiba bangun dengan tangan terkepal dan muka marah memanggil nama omnya yang kabur setelah melakukan semua itu…and this child is only 10 years old…(sayang..sabar ya …semoga hati kamu tidak akan di penuhi amarah dan trauma)

Berita berikutnya gue dapet pas lagi mau mulai les, temen deket gue dengan lemes bilang, “Al, gue kena musibah nih. Rumah kerampokan waktu gue tinggal nginep di tempat nyokap gue…semuanya aja abis, mobil, semua elektronik ,brankas, cash, perhiasan…” Man!Dan seperti yang kita tau, aparat selalu membutuhkan modal awal dalam setiap tahap penyelidikan dan administrasi..that’s make it even sucks further! (
Bangsa ini memang sudah terlalu kebal dengan bencana dan derita, kita sudah terlalu terbiasa hidup berdampingan dengannya sehingga kita pun tak lagi ragu untuk mengambil hikmahnya dengan menjadikan derita menjadi sumber baru pencaharian kita).

Sampai di sini, gue jadi inget beberapa kejadian lalu yang juga berhubungan dengan kehilangan materi. Ada temen yang mau berangkat keluar negri, duit advancenya di curi sebagian…Ada yang tiba-tiba ketempuhan harus nalangin utang sodara dan harus ngabisin semua reservenya …Agak similar, ada yang harus nanggung kewajiban temennya sama bank karena the riil debitor failed sementara pinjaman di lakukan atas nama dia. Kakak dan ibu kos gue yang duitnya ntah berapa masih stuck, ketipu waktu beli tanah. Usaha keluarga yang masih di recoki dengan piutang yang macet. Walaupun nggak banyak banget, tapi kan duit juga gitu lhoh….Pfiuhhh…! (sambil ngelap jidat kayak di yahoo emoticon)

Overall, all of this monetary tragedy seems to be inseparable part of our live. Scattered here and there, various scale, and most of the time is unavoidable. Happens just like that and all gone…leaving us with a moment of emptiness and anger, before we can move on. But the main thing is that nothing happen for no reason, there’s must be a catch behind each tragedy. It’s our job here to find what we’ve done wrong, or find what are the catch. That’s where the real challenge lies, where we have to keep our mind and heart positive and focus on what to be done next. It is easy to say, but very sucks and challenging to be done.

Topik berikutnya, mulut gue dan never ending lesson from my dear friend….hiks..(tapi nggak janji ya...)





3 comments:

Anonymous said...

Alina, itu kisah2 beneran Lin? wah.turut berduka ya... apalagi dengan paparan gaya khas Alina yang terentang dengan seutas benang merah yang kadang lebih merah dari alur ceritanya... So touching..(ARN)

fanny's said...

Letakkan apa yang kamu miliki di tanganmu, jangan letakkan di hatimu.
Sehingga tiada berat rasa di hati, ketika Sang Pemilik ingin mengambilnya.

Alina said...

Hi ARN!
Thanks for the comments..really appreciate it..tapi tapi bisa sekalian di disclose gak inisialnya? ato link ke blog loe kali?
thanks
Looking forward to your upcoming comments!