Buku yang gue beli, gara-gara judulnya ini, ternyata emang buku yang lumayan bagus. (Kesian deh gue baru tau!). Di luar penuturannya yang simple, keterkaitan hal-hal sehari-hari yang secara individu sangat sederhana, tapi penulis bisa mem-frame betapa luar biasanya kejadian-kejadian kecil yang berkaitan secara sederhana tapi membawa konsekuensi yang luar biasa.
“Bahwa tidak ada kejadian yang terjadi secara acak. Bahwa kita semua saling berhubungan. Bahwa kau tidak bisa memisahkan satu kehidupan dari kehidupan yang lain, sama seperti kau tidak bisa memisahkan embusan udara dari angin”[1]
Tokoh utama buku ini, Eddie, pegawai taman hiburan Ruby Piers yang mati kecelakaan oleh salah satu gagal fungsi salah satu wahana. Segala konsep surga yang ada di pikiran Eddie di patahkan dengan bangunnya dia di taman hiburan yang itu-itu juga. Eddie adalah orang yang kecewa dan memendam marah atas hidupnya, atas keterikatan dia dengan taman hiburan, atas keinvalid-an dia dengan kakinya yang luka, atas kesendirian hidupnya yang di tinggal mati istri tercinta terlalu cepat, kepatah-hatiannya akan ayahnya yang mengabaikan dirinya. In brief, what he had is bitter life, dull and boring.
Dalam buku ini di gambarkan bahwa setiap yang berjiwa, ketika mati akan menemui lima orang yang akan memberikan pencerahan akhir sebelum akhirnya berdamai dengan alam baka. Kelima orang ini bisa merupakan mereka yang kau kenal maupun tidak. Orang pertama yang di temui Eddie, manusia biru di atraksi sirkus di Ruby Piers. Alkisah Eddie di masa kecilnya pernah hampir tertabrak mobil saat mengejar mainannya yang menggelinding ke jalan. Yang di ingatnya adalah dia selamat, dan meneruskan hari itu dengan penuh permainan beserta teman-temannya. Hal yang tidak di ketahuinya adalah, insiden tersebut memicu kadar adrenalin yang tidak bisa di tolerir jantungnya yang lemah. Selanjutnya adalah rentetan kecelakaan berikutnya karena hilangnya kesadaran pengemudi. Yang pada akhirnya membebaskan dia dari pedih dunia. Ada dua hikmah dalam satu potret kejadian ini. Pertama, bebasnya si manusia biru dari ketersisihan dirinya dari masyarakat sepanjang hidupnya sebagai makhluk aneh yang di akibatkan dari salah pengobatan yang menyebabkan kulitnya biru. Kedua, tetap hidupnya Eddie kecil untuk melanjutkan rajutan cerita hidupnya. Satu pemahaman baru buat Eddie kecil bahwa ternyata dia punya andil dalam kematian orang lain, sesuatu yang sangat di luar koridor kesadaran dia.
Orang kedua adalah Kapten-nya semasa Eddie dalam penugasan militer. Penugasan yang berujung dengan cacat kakinya yang dia sesali hingga akhir hidupnya, karena menghalangi dirinya dari kemungkinan hidupnya yang lebih menarik dari menjadi penjaga di Ruby Piers. Fakta baru yang muncul kali ini adalah, bahwa kaptennya lah yang menembak lututnya untuk menghentikan Eddie dari tindakan bunuh dirinya masuk ke kobaran api untuk menyelamatkan sesosok bayangan. Akumulasi marah yang terpendam, menyeruak begitu liar, membuncah hebat hingga Eddie kelelahan setelah membabi buta memukuli kaptennya. Perlu waktu beberapa lama untuk tenang dan menyadari bahwa tembakan itulah yang menyelamatkan hidupnya. Di tambah dengan kenyataan bahwa Kaptennyalah yang membuat pelarian mereka berhasil dengan mengorbankan dirinya sebagai martir di lading ranjau. Dan untuk memberikan pemahaman atas fakta-fakta tersembunyi itulah dan Kaptennya hadir. Juga untuk membantu Eddie berdamai dengan luka di kakinya, dan berhenti untuk mengkambinghitamkan insiden itu sebagai penghalang hidupnya.
Orang ketiga hingga kelima, masing-masing dengan eskalasinya menyentuh sisi-sisi paling gelap dari kehidupan seorang Eddie. Bagaimana rentetan peristiwa yang sama dengan sudut pandang yang berbeda dan sedikit tambahan fakta yang sering tak kita ketahui (hanya Tuhan bukan yang menguasa segala dimensi dari setiap kejadian), seorang manusia kecewa bernama Eddie, menuntaskan marah dan dendamnya. Melepas semua getirnya dan menerima kehidupannya dengan lebih rela dan ikhlas. Bahkan melupakan emosi terberat akan marahnya dia atas ayah yang mengabaikannya setelah mengetahui betapa berat beban jiwa Ayahnya yang tak sanggup ia selesaikan sampai ia meninggal.
Buat gue, yang penting adalah menyadari bahwa selalu ada fakta atau detil kecil yang luput dari pemahaman kita atas setiap kejadian, sesederhana apa pun. Yang sangat mungkin merubah persepsi kita 180 derajat kalau detil itu masuk dalam processing informasi di otak kita sebelum memutuskan final respon kita. Mengingatkan gue akan konsep Khusnudzon (berprasangka baik) dari Islam yang kadang susah bener di terrapin kalo dah hati panas hehehe. Kedua, betapa setiap kejadian dalam tiap detik waktu adalah saling berkaitan dan membentuk ekuilibrium dalam tatanan kehidupan global. Maha besar Allah yang begitu mudah mengatur jarring-jaring scenario atas milyaran manusia yang numpang hidup di bumi ini.
Kesimpulan: Baca deh! Gak rugi .. J
[1] Quote from this book, “First Lesson”
1 comment:
oh alina. still looking for meaning?
Post a Comment